Gajah Mada dan Bagong memulai perjalanan untuk menyatukan Nusantara. Misi mereka membawa mereka ke pulau mistis Nusa Tenggara, di mana mereka bertemu dengan Jatiya, seekor naga penjaga pulau yang tangguh. Meskipun penampilannya menakutkan, Jatiya mengungkapkan bahwa dia tidak menginginkan konflik. Dia setuju untuk bergabung dengan perjuangan mereka dengan satu syarat: mereka harus membawakan sebuah wayang emas untuknya. Satu-satunya wayang emas yang ada konon dimiliki oleh Mpu Agung, seorang pertapa sakti yang tinggal di Gunung Sindoro.
Perjalanan menuju Gunung Sindoro penuh dengan bahaya. Gajah Mada dan Bagong harus melewati hutan lebat dan menyeberangi sungai-sungai yang berbahaya. Ketika mendekati Kampung Dedemit, mereka bertemu dengan trio makhluk mistis: Rajasi si roh pohon, Butho Cakil, dan Burisrawa. Makhluk-makhluk tersebut menantang para pengembara, menguji tekad dan kekuatan mereka. Meskipun ada rintangan, kepemimpinan Gajah Mada dan kesetiaan Bagong membuat mereka berhasil melewati konfrontasi tersebut.
Setelah sampai di Gunung Sindoro, Gajah Mada dan Bagong mencari pertapa Mpu Agung. Mereka menemukannya sedang bersemedi di sebuah gua, dikelilingi oleh aura kedamaian. Mpu Agung mendengarkan pencarian mereka dan, terkesan dengan tekad mereka, setuju untuk membantu. Namun, ia memberikan tantangan: mereka harus membuktikan kemampuan mereka dengan menghadapi ketakutan terdalam mereka dalam sebuah ujian keberanian dan kebijaksanaan.
Gajah Mada dan Bagong menghadapi cobaan mereka dengan keberanian, tidak hanya menghadapi rintangan fisik tetapi juga keraguan dalam diri mereka sendiri. Kemenangan mereka membuat Mpu Agung merasa terhormat, dan ia menganugerahkan wayang emas kepada mereka. Dengan artefak berharga di tangan, mereka kembali ke Jatiya, yang dengan sukacita menerimanya dan bersumpah setia kepada Majapahit. Bersama-sama, mereka mencapai langkah penting menuju penyatuan Nusantara.